Entah
bagaimana menggambarkannya. Antara sedih dan senang. Ketika melihat mereka
begitu ceria. Melangkahkan kaki dengan
tas kupu-kupunya. Yang satu di depan, yang satu lagi memegang erat tanganku
seakan tak mau dilepas.
Hari pertama
memang sangat menyenangkan sekaligus mendebarkan bagi mereka. Bertemu dengan
teman sebaya, berbagi cerita, berbagi canda tawa. Walaupun sedikit kenakalan
mereka kadang membuat tertawa geli.
Tiba
waktunya, saat lonceng berbunyi. Sang Guru mengisyaratkan agar para pengantar
anak didik segera meninggalkan mereka di
kelas. Ternyata si kecil sesenggukan di pojok sana. Tak tega rasanya
meninggalkannya. Seakan membiarkannya sendirian di hutan belantara.
Mencoba
menjauh, berjalan sampai gerbang. Tak disangka, sikecil menghambur berlari dan memegang erat
tanganku. Tak ada sepatah kata terucap, hanya linangan air mata dan
sesenggukannya yang menjelaskan semuanya dengan gamblang. Kucoba meyakinkannya,
aku disini bersamanya. Tangis pun mulai reda, diringi langkah kaki yang
menghiba karena merasa akan sendirian lagi di ruang kelas. Di balik jendela, aku terpaku. Si kecil hanya terdiam
di pojokan belakang, sesekali menoleh ke jendela untuk memastikan apakah aku
masih di sana.
Aku
termenung. Walau sedikit sedih, rasa syukur terpanjatkan. Saat ini mereka
sangat membutuhkan kehadiranku. Aku yakin suatu saat nanti ada masanya mereka
sudah tidak mau diantar apalagi minta ditunggu. Mungkin saat itu, melihatku di
tempatnya saja mereka merasa malu.
Comments
Post a Comment