SEPENGGAL CERITA PAGI (2)

Entah bagaimana menggambarkannya. Antara sedih dan senang. Ketika melihat mereka begitu ceria. Melangkahkan kaki  dengan tas kupu-kupunya. Yang satu di depan, yang satu lagi memegang erat tanganku seakan tak mau dilepas.

Hari pertama memang sangat menyenangkan sekaligus mendebarkan bagi mereka. Bertemu dengan teman sebaya, berbagi cerita, berbagi canda tawa. Walaupun sedikit kenakalan mereka kadang membuat tertawa geli.

Tiba waktunya, saat lonceng berbunyi. Sang Guru mengisyaratkan agar para pengantar anak didik  segera meninggalkan mereka di kelas. Ternyata si kecil sesenggukan di pojok sana. Tak tega rasanya meninggalkannya. Seakan membiarkannya sendirian di hutan belantara.



Mencoba menjauh, berjalan sampai gerbang. Tak disangka, sikecil  menghambur berlari dan memegang erat tanganku. Tak ada sepatah kata terucap, hanya linangan air mata dan sesenggukannya yang menjelaskan semuanya dengan gamblang. Kucoba meyakinkannya, aku disini bersamanya. Tangis pun mulai reda, diringi langkah kaki yang menghiba karena merasa akan sendirian lagi di ruang kelas. Di balik  jendela, aku terpaku. Si kecil hanya terdiam di pojokan belakang, sesekali menoleh ke jendela untuk memastikan apakah aku masih di sana.

Aku termenung. Walau sedikit sedih, rasa syukur terpanjatkan. Saat ini mereka sangat membutuhkan kehadiranku. Aku yakin suatu saat nanti ada masanya mereka sudah tidak mau diantar apalagi minta ditunggu. Mungkin saat itu, melihatku di tempatnya saja mereka merasa malu.

Comments