Tentang Sebuah Perjalanan



Negeri asing tidak selalu negeri orang. di tanah air kita sendiri, tempat kita berkebangsaan, bernegara, dan bertinggal, banyak daerah asing yang mungkin belum pernah sekalipun kita kunjungi. Kita perlu melihat tempat-tempat itu. Menatap saksi sejarah. (tarbawi edisi 295 Th.14, 2 Mei 2013)


Perjalanan dimulai

Pertama, bangunan ini menjadi bukti bahwa manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna. Betapa tidak, manusia telah menggunakan akal pikirannya untuk merancang bangunan sebagai tempatnya berteduh. Berteduh dari terik matahari, dari guyuran hujan, dan juga berteduh dari penatnya rutinitas hidup. Hal ini berbeda dengan hewan yang hanya menikmati ciptaan Allah. Ketika panas dan hujan, hewan hanya akan mencari pohon untuk berteduh.





Kedua, manusia tidak selayaknya sombong. Mentang-mentang telah dinobatkan sebagai makhluk paling sempurna di muka lantas berjalan dengan membusungkan dada. Selayaknya manusia bersyukur kepada penciptanya, kepada Allah. Kemudian kita berjalan di muka bumi dengan menegakkan ayat-ayat-Nya yang agung. Menjalani kehidupan sesuai aturan Allah yang tertuang dalam kitab suci al-Quran.




Ketiga, dalam rangka menjalankan aturan Allah terkadang kita menemui kesulitan. Tetapi itu bukan berarti jalan tersebut tidak bisa dilalui. Seperti mendaki gunung. Semua rasa lelah menaiki anak tangga kesulitan, akan terbayar dengan pemandangan yang kita saksikan di puncak. Surga. Lebih-lebih ridha Allah.




Keempat, rasa lelah dalam pendakian mampu kita redam jika kita memiliki pilar keimanan yang kuat. Iman itu percaya. Percaya ada pemandangan indah di puncak. percaya Allah akan membantu setiap langkah kita. percayalah bahwa setelah kesulitan ada kemudahan. Percayalah bahwa Allah tidak membebankan sesuatu kepada manusia kecuali sesuai dengan kesanggupannya.




Kelima, jika lelah sudah tidak tertahankan maka tidak ada salahnya beristirahat. Istirahatkanlah dirimu dengan shalat, sabda Rasul. Bukan karena shalat kita lelah, tetapi karena lelah kita shalat. Shalat itu doa. Shalat itu pertemuan langsung dengan Allah. Tanpa perantara. Tanpa tedeng aling-aling. bukankah harusnya kita senang bertemu dengan Dia Yang Maha Menyembuhkan?! Menyembuhkan luka-luka kita di jalan pendakian.




Keenam, sekali lagi, tidak selayaknya manusia bersikap sombong di muka bumi. Sikap tunduk patuh pada aturan langit, itulah yang diperintahkan Allah. Manusia memang dicipta untuk beribadah kepada-Nya. Terkadang, memandang ibadah-ibadah kita sebagai kewajiban memang berat. maka cobalah memandang ibadah-ibadah kita sebagai ungkapan syukur atas segala nikmat-Nya.





Ketujuh, dengan demikian kita tidak menjalani hidup dengan paksaan tetapi penuh dengan kerelaan. Allah yang menyempurnakan bentuk manusia, Allah yang telah menuntun jalan kita dengan aturan-Nya. Apa lagi yang hendak kau keluhkan?! jika dunia terasa menghimpit, Allah dapat kau temui kapanpun dalam sujud-sujud yang panjang. sudah selayaknya kita bersyukur dengan segala sesuatu yang sudah kita punya.

*Ket : Foto Masjid Agung Jawa Tengah

Comments